Cerita Panas Ibu - Sambil tiduran mami mencari-cari majalah yang mau dibacanya. Saya kelupaan kalau disitu ada Novel yang ceritanya agak hot, dapat dibilang hanya sekitar seks saja ceritanya. Ya.., terlanjur sudah keambil oleh mami. Saya biarkan saja dia membacanya, dan entah kenapa ada perasaan yang lain setelah mami masuk ke dalam kamar saya, seakan-akan gairah seks saya mulai menjalar menyelimuti tubuh. Bagaimana ini, repot jadinya, karena kebiasaan saya tidur hanya menggunakan piyama untuk tidur dan memakai selimut. AC di ruangan kamar saya mengigilkan badan, dan inilah penyakit saya, kalau situasi dalam keadaan dingin nafsu langsung naik dan meledak-ledak.
Posisi tidur saya waktu itu persis di samping mami dan bersenggolan dengan pahanya. Saya perhatikan mami makin serius membaca novel dan maklum tidak pernah membaca buku yang begituan. Dengan sedikit menggoda saya bertanya, “Bapa kemana Mam..?” “Kamu macam tak tau aja, kan udah berangkat ke Kisaran, biasa ngantar Ikan. Paling-paling besok udah pulang.” “Awas Mam, nanti tidak ada pelampiasannya, Papa kan tidak ada di rumah.” “Enggak, Mama cuman pengen tau aja apa isinya, kok orang-orang pada senang membacanya.” jelasnya.
Sedikit posisi saya agak memeluk mami, maklum hal ini sering saya lakukan karena saya anak Mami dan dimanja, jadi hal ini tidak janggal lagi bagi saya dan mami. Terus entah kenapa, penis saya tepat menempel di samping kemaluannya, dimana mami saya posisinya agak miring menghadap saya.
Dengan cuek saya ikutan membaca novel yang dibacanya. Posisi mami membaca telentang, dan agak miring menghadap saya. Dengan sedikit menggoyang-goyangkan paha, terjadilah pergesekan antara paha saya dengan paha mami, dan hal ini tidak pernah kami lakukan. Sesuatu yang janggal saya rasakan, dimana kalau saya bermanja-manja selalu dalam keadaan memakai celana pendek, tapi dalam keadaan saya sekarang hanya menggunakan piyama tanpa memakai apa-apa, dan perasaan ini tidak pernah saya rasakan sebelumnya.
Mungkin ada setan yang melanda diri saya, batang kemaluan saya pun mulai membesar, dan mungkin mami merasakan itu, tapi dia tidak menghiraukannya, masih taraf wajar pikirnya. Sekilas saya melihat ke paha mami, dasternya tersikap, dan tetap mami tidak menghiraukannya. Dia masih menganggap saya anak kecil yang seperti dulu. Tidak sadarkah dia bahwa saya sudah 16 tahun, dan saya sedang mengalami masa pubertas pertama. Sekarang keadaan semakin tidak karuan, dan timbul dalam pikiran saya untuk melanjutkan lebih jauh lagi dengan sedikit menggeser dasternya memakai paha saya. Dan alangkah terkejutnya saya bahwa mami tidak mengenakan celana dalam. Terlihat gundul di bagian bukit kemaluannya.
Ternyata mami sangat rajin mencukur bulu kemaluannya, maklum dia sangat pembersih. Dengan pura-pura tidak tahu, saya menggeser lagi piyama yang saya pakai. Tersingkap dan terbebaslah penis saya. Dengan sedikit berpura-pura lagi, saya mengambil bantal yang ada di seberang mami, dan secara otomatis batang kemaluan saya menempel persis di samping vaginanya. Setelah saya mengambil bantal saya tidak kembali lagi dengan posisi pertama, dan pura-pura bertanya. “Serius kali Ma bacanya..!” “Iya.., ini ceritanya lagi seru dan menarik.” katanya seakan tidak ada larangan darinya ketika saya sudah mulai jauh bertindak.
Dengan sedikit gerakan, saya menggesek-gesekkan penis saya. Meskipun batang kemaluan saya sudah langsung menempel persis di pinggir vaginanya, mami tidak merasakannya atau berpura-pura. Itulah yang berkecamuk dalam pikiran saya. “Ah, bodoh amat..!” pikir saya waktu itu. Dengan telaten saya terus menggesekkan, dan ternyata mami tahu kalau saya agak susah atau memang mami mau memiringkan badannya. Dengan posisi tadi mungkin mami pegal, kemudian mami meletakkan novel di bantal, dan otomatis dia semakin miring posisinya. Mami tidak berkata apa-apa sewaktu dia memiring sedikit lagi yang bertepatan dengan penis saya yang sudah tegang dari tadi seperti sebuah batang kayu.
Sepertinya
mami maunya tidak disengaja, atau mami juga menikmatinya. Sekarang
tepatlah sudah batang kemaluan saya di belahan vaginanya dengan posisi
saya masih memeluk bantal yang membatasi saya dengan buah dadanya. Saya
sangsi kalau mami tidak mengetahui apa yang telah terjadi, tetapi tidak
ada tanda-tanda mami melarang perbuatan saya. Sedikit demi sedikit saya
menggesek-gesek terus batang kemaluan saya, dan terkuaklah bibir
vaginanya. Terasa agak berlendir dan licin vaginanya, dan saya yakin
mami pasti menikmati, tapi anehnya mami masih tetap serius membaca
novel. Tidak saya hiraukan mami lagi sedang apa.
Kemudian dengan sabar
saya menggesek-gesekkannya lagi, dan terasa kepala penis saya mulai
menerobos bibir vaginanya. Itu semua saya lakukan tanpa berbicara, dan
seperti terjadi begitu saja, mungkin mami malu melakukan secara
blak-blakan. Dengan sedikit usaha saya memajukan pantat dan semakin
nikmat rasanya, tapi kok agak susah ya masuknya, dimana ukuran kemaluan
saya 18 cm panjangnya dengan diameter 3 cm. Tapi dengan dibantu cairan
yang mulai keluar dari vagina mami menolong batang kemaluan saya masuk
ke dalam dengan sedikit agak menggeser bantal yang saya peluk.
Setelah
agak tersentak pantat saya, “Bless..!” masuk semua batang kemaluan saya
dan mendiamkan sebentar untuk melihat reaksi mami. Eh ternyata mami
masih tetap membaca novel yang ada di tangannya. Dengan sedikit menarik
pantat, anda dapat bayangkan posisi saya dengan gaya miring semakin
membuat kami erat terhubung. Tetapi saya belum berani memeluk mami,
terpaksa bantal lah yang menjadi pegangan saya. Terasa batang kemaluan
saya dipijat-pijat, nikmatnya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
Semakin lama penis saya semakin mudah saya maju-mundurkan. Badan mami
tertahan dengan papan tempat tidur, jadi kami tetap dengan posisi
semula.
Terasa sudah lama saya menggesek-gesek dan memaju- mundurkan
batang kemaluan saya di dalam vagina yang dulunya adalah tempat saya
lahir. Sudah 10 menit saya melakukannya, semakin licin vaginanya.
Tercium bau vagina yang menggairahkan, dan mulai terasa ngilu di kepala
penis saya, seperti mau meledak. Setelah sekali goyangan terakhir dan
memasukkan dalam-dalam, badanku terasa seperti kesetrum listrik yang
bertegangan tinggi. “Coot.. crott.. croott..!” Saya peluk bantal
kuat-kuat dan tetap membenamkan batang kemaluan saya di dalam vaginanya,
dan saya melihat wajah mami agak berkerut menahan nikmatnya.
Terasa
batang kemaluan saya seakan-akan dipijat dengan kuat, dan terasa ada
yang menyiram dari dalam vaginanya. Anehnya batang kemaluan saya tidak
langsung lemas, tetapi tetap tegang. Dengan sedikit waktu untuk
istirahat, saya mendiamkan batang kemaluan saya di dalam vagina mami
selama 5 menit. Setelah rasa ngilunya hilang, baru penis saya mengecil
dan saya cabut dari vaginanya. Saya melihat ke arah vaginanya, terlihat
keluar sedikit air mani saya dan meleleh di bibir vaginanya. Akhirnya
mami bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar sambil berkata,
“Jach udah tidur-tidurannya, udah jam 10 ini.., tadi janjimu kamu mau
bangun jam 10, cepatan mandi dan Mama mau mandi juga, mau nyiapin
makanmu..!” “Bret..!” pintu kamar tertutup setelah itu.
Saya juga
bangkit dari tempat tidur dan langsung mandi. Selasai mandi saya memakai
celana pendek dan langsung menuju meja makan. Saya mendapati mami sudah
duduk menunggu saya untuk makan. Sewaktu makan seakan-akan tidak
terjadi apa-apa diantara kami. Setelah kejadian pagi itu terjadi, tidak
ada perubahan antara hubungan saya dengan mami. Seperti biasanya, ayah
saya telah kembali malam hari, tepatnya pukul 11 malam dan langsung
tidur. Memang hal ini sudah merupakan kebiasaannya, tidak pernah punya
waktu untuk keluarga, padahal situasi seperti inilah yang saya inginkan,
dimana dapat berbincang- bincang dengan ayah atau semua keluarga.
Memang dalam berbisnis ayah saya terbilang oran nomor satu di lingkungan
saya.
Pagi itu cuacanya sedikit agak cerah dan matahari masuk ke dalam
kamar saya karena kamar saya posisinya paling depan, sedangkan kamar
mami berada di tengah rumah, dan memiliki kamar membelakangi terbitnya
matahari. Terasa silau dengan sinar matahari membuat saya terbangun.
Saya pun keluar dari kamar masih dengan menggunakan piyama biasa, tidak
mengenakan apa-apa di baliknya. Terus saya lihat seisi rumah, ternyata
masih sepi. Saya lihat jam sudah menunjukkan jam 8 siang. Kebetulan
bulan ini adalah hari lmamir panjang untuk naik kelas, pada waktu itu
saya mau naik ke kelas 3 SMU. Maksud hati sih masih mau tidur, tapi di
kamar saya silau dengan sinar matahari. Gimana ya, mami belum kelihatan,
berarti belum bangun.
Terus saya berusaha melangkah ke dapur,
ternyata juga belum saya jumpai, berarti benar mami masih tidur di
dalam kamarnya. Saya mengarah ke kamar utama, ke kamar ayah dan mami
yang lumayan besar. Saya langsung saja mencoba membuka pintu dengan
menekan gagang pintu, eh pintunya tidak terkunci.
Pelan-pelan saya buka
pintu. Benar, terlihat mami masih tertidur pulas, dan saya langsung
masuk. Saya menutup pintu kamar, takut nanti kelihatan pembantu, kan
bisa berabe. Kemudian saya mendekati tempat tidur mami, sekilas saya
melihat sekeliling kamar tertata rapi, mami memang terkenal suka
bersih-bersih. Dengan sedikit lembut saya menghempaskan pantat saya ke
tepian tempat tidur, dan sebentar saya perhatikan mami yang sedang tidur
nyenyak. Dengan sedikit agak manja saya mencoba membangunkannya.
“Mami.. Mami.., bangun dong..! Udah jam 8 pagi nih..!” “Ah.., entar aja
Jach.., Mami lagi ngantuk nih..!” Mendengar jawabannya, saya jadi ikut
tiduran di tempat tidurnya. Dengan sedikit iseng saya mulai kenekatan
saya. Pelan-pelan tetapi pasti, saya sikapkan daster mami dengan tangan.
Oh.. oh.., dia tidak memakai CD lagi, terlihat bersih vagina mami.
Batang kemaluan saya berdiri tegak dan langsung menyembul dari dalam
piyama. Lima menit saya memandangi kemaluan mami sambil mengelus-elus
penis yang sudah mulai tinggi tegangannya. Kemudian saya mulai memeluk
mami dengan posisi mami miring membelakangi saya. Sewaktu saya memeluk
tubuhnya, dengan sedikit tenaga saya menarik tubuh mami, dan ternyata
mami tidak melawan dan mengikuti kemauan saya. Sekarang mami menghadap
saya sama seperti kemarin, hanya kemarin mami dalam keadaan terbangun,
membaca novel dan saya tidak memeluk tubuhnya, tetapi sekarang saya
memeluk tubuhnya.
Posisi dasternya agak tersikap lebih ke atas. Saya
mencoba mencari pengaitnya tapi tidak ketemu juga, ya sudah tidak usah
terbuka semuanya, nanti takut mami marah pikir saya. Dengan posisi
memeluk tubuhnya yang susu kenyalnya mengenai dadaku, saya tidak berani
membuka dasternya, apalagi takut kedinginan gara-gara AC di kamar mami.
Sekarang nafsu saya sudah tidak tertahankan lagi, langsung saya arahkan
batang kemaluan saya ke bibir vaginanya, dan ternyata liangnya masih
kering dan sedikit agak susah masuknya. Terpaksa saya hanya
menggesek-gesek saja bibir kemaluannya.
Terlihat oleh saya vaginanya
mulai mengembang dan mengeluarkan cairan, langsung saja saya memasukkan
penis saya. Sewaktu saya mendorong, terpleset. Setelah dengan susah
payah menggesek-gesek, terlihat bibir vaginanya mulai mengeluarkan
cairan sebagai pelumas. Mulai terasa seakan-akan batang kemaluan saya
mau ditelan habis oleh vaginanya, dimana bibir vagina mami mulai kembang
kempis. “Ah.. ahk..!” geli sekali rasanya. Ingin rasanya saya
memasukkan cepat-cepat, tapi takut terpeleset lagi nanti. Memang agak
kesulitan saya memasukkan penis saya. Disaat saya mulai berusaha
memasukkan lebih dalam lagi, mami juga rupanya menikmati. Dengan
pura-pura tidur dia sedikit merenggangkan pahanya dan memudahkan penis
saya masuk lebih dalam lagi.
Dengan sekali dorong, “Bless..!” masuk
seluruhnya ke dalam liang senggamanya. Saya diamkan agak lama dengan
maksud mau melihat bagaimana reaksi mami. Saya sengaja tidak mau
menggoyangkan pantat saya, dan ternyata terasa tanggung bagi mami.
Kemudian dengan sedikit gerakan, mami memaju-mundurkan pantatnya.
Melihat reaksinya, saya juga langsung memulai bergoyang dengan sedikit
kelembutan. Secara tidak langsung saya memeluk mami, dan mami masih
tetap menjaga sikap dengan tidak mau blak-blakan melakukannya.
Tidak
perduli saya dorong badannya dengan posisi saya menindihnya, sedang
batang kemaluan saya mulai terasa mengalami tegangan tinggi. Dengan
posisi saya di atas mami yang dengan sikap merenggangkan kakinya
lebar-lebar semakin cepat saya memompa, dan sekali-kali mami mengikuti
irama dengan mengangkat pantatnya. Ada sekitar 20 menit saya
melakukannya dan mulai terasa geli di ujung penis saya, dan “Cret..
cret.. cret..!” saya tumpahkan semuanya ke dalam kandungan mami dimana
saya juga pernah dikandungnya.
Saya diamkan selama kurang lebih 5 menit.
Karena takut mami merasa berat dengan badan saya, saya tetap memeluknya
dengan posisi miring sekarang, dan batang keamluan saya masih tetap
menancap di dalam vaginanya. Setelap 10 menit terasa penis saya masih
tegang. Kembali dengan sikap yang sama kulakukan lagi sampai 3 kali hari
itu. Setelah selesai saya tertidur, dan sewaktu saya bangun mami tidak
ada lagi. Ketika saya cari-cari, dia sedang masak di dapur dan menegur
saya. “Udah mandi belon Jach..? Mandi gih..!” katany seakan-akan tidak
ada yang terjadi. Memang mami sangat menikmatinya, begitulah kami
melakukan hampir setiap hari dengan tetap mami menjaga sikap tidak mau
melakukan secara terbuka
demikianlah CERITA PANAS ASMARAKU DENGAN MAMIKU YANG CANTIK semoga bermanfaat makasiiih



Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.
0 komentar:
Posting Komentar